Wednesday, 30 November 2011

KONSEP DASAR CERPEN

| Wednesday, 30 November 2011 | 3 comments
CERPEN:
1. Karya sastra fiksi
2. berbentuk prosa
3. bahasa sehari-hari
4. konflik berpusat pada tokoh utama
5. biasanya menggunakan alur maju
6. habis dibaca sekali duduk

Unsur intrinsik:
·      Tema ( ide pokok yang mendasari suatu cerita)
·      Tokoh (penokohan)
  •  Tokoh utama/inti/sentral:
1.  Sering keluar
2.  Sering diceritakan/sering dibicarakan
3.  Yang memiliki konflik
4.  Digunakan sebagai judul
5.  Biasanya berwatak protagonis
  • Tokoh sampingan/pembantu (tokoh yang membantu keberadan tokoh utama)
  • Semu (tokoh yang HANYA keluar namanya saja)

·      Watak (perwatakan):
1.  Protagonis(baik:sabar, telaten, rajin, tanggung jawab, dkk)
2.  Antagonis (tidak baik: sombong, cerewet, rakus, angkuh, pemarah, dll)
3.  Tritagonis
·      Alur (jalannya cerita; melalui tahapan-tahapan konflik)
a.  Pengenalan
b.  Munculnya konflik
c.   Konflik memuncak
d.  Klimaks
e.  Antiklimaks
f.     Penyelesaian

·      Setting
·      Amanat
·      Sudut pandang

Cara mencari watak tokoh:
1.  Dramatik( penulis menyampaikan secara jelas tentang watak tokoh)
2.  Analitik (analisis watak tokoh berdasarkan:
a.  Penampilan/busana
b.  Sikap
c.   Struktur wajah
d.  Postur tubuh
e.  Cara bicara
f.     Kebiasaan
g.  Cara menyelesaiakn masalah..
Read More >>

SYAIR KEHIDUPAN DARI AYAH

| | 1 comments
Aku berada di tempat yang indah, namun sepi begitu menekan, sehingga aku dapat mendengar denyut nadiku sendiri. Namun tempat ini penuh kedamaian seperti halnya kurasa diriku waktu dulu, penuh kegembiraan. Ku berjalan terus menerus melewati hamparan tanah yang luas dan dipenuhi bunga-bunga tertanam disana. Ketika aku ingin memetik bunga terdengar suara memanggilku, “Lela…Lelaa…”. Ku urungkan niatku untuk mengambil bunga itu, kucari-cari suara yang memanggilku, semakin jelas terdengar, semakin jelas terdengar, seperti suara Ibu. Ternyata semua hanya mimpi aku terbangun dari tidurku.
“Nak , cepat bangun sudah jam setengah 7,” kata Ibu membangunkanku.
“Iyaaa…iyaaa buk, “ kataku enggan.
Kulihat jam dinding di depanku sudah terlambat, kucepatkan langkahku ke kamar mandi. Selesai mandi tanpa sarapan aku langsung berangkat.
“Nak tidak sarapan dulu,”kata Ibuku.
“Tidak bu, sudah terlambat,”jawabku.
Sesampainya di depan gerbang sekolah tepat bel berbunyi, aku bersyukur tidak terlambat.
 “Hay Lela,”kata Mia sambil mendorongku dengan candaannya.
“Iyaaa..hay,”jawabku. Mia adalah sahabatku dari SMP, dia juga teman sebangkuku, dia orang yang paling mengerti aku setelah ibu.
“Bagaimana Lel, kamu sudah mengerjakan tugas bahasa Indonesia ?,”Tanya Mia.
“Belum,”jawabku.
“Oh..kenapa kamu tidak mengerjakan La?,”tanyanya lagi.
ku jawab hanya dengan senyuman saja.
“Eh..nanti ayo keluar jalan-jalan yuk mi ?,”Ajakku mencairkan suasana.
“Maaf, nanti aku ada les lel, lain kali deh ayo jalan-jalan,”jawabnya.
“Oh..iyaa..iyaa tidak apa-apa,”kataku. Aku sekarang duduk di kelas 2 dan memang sebentar lagi ujian semester, temanku banyak yang ikut bimbingan belajar kesana kemari. Sedangkan aku tidak mempedulikan hal tersebut. Aku terlalu sering memikirkan hal yang lebih penting dari pada itu menurutku. Ayahku sekarang berubah, dia selalu membanding-bandingkanku dengan kakakku. Aku tertekan di rumah. Sebelum kakakku meninggal aku selalu diperhatikan dan dimanja oleh Ayahku, semenjak kepergiaan kakakku semua berubah. Aku sering mengurung dikamar memikirkan hal ini. Tapi terlalu sesak memikirkannya, begitu banyak kenangan dengan Ayah. Tapi sekarang Ayah berubah seperti tidak mempedulikanku.
Suatu ketika kami sekeluarga sedang berkumpul di rumah kami, waktu itu kakakku masih ada.
“La bagaimana sekolahmu?,”Tanya Ayah.
“Baik yah, aku tadi ulangan nilaikku baik sekali,” jawabku sambil menunjukkan nilaiku ulangan.
“Yah belikan aku handphone Nokia tipe terbaru, teman-temanku handphonenya bagus-bagus yah ?,”lanjutku.
“Iyaa..nanti Ayah belikan tipe handphone yang terbaru,”jawab Ayah. “Kakak tidak mau handphone baru ?.” lanjut Ayah.
“Tidak Ayah handphoneku yang lama masih bagus dan masih layak dipakai kok,” jawab kakak sambil tersenyum.
“Nanti kalau Lela sudah dibelikan handphonenya di rawat dengan baik yah !,”kata ibu menasehatiku.
“Iyaa bu, oh iya bu lusa aku ada study tour bu ke Malang aku tidak punya baju bagus. Ibu mau membelikanku?,”kataku.
“Lela kan bajunya masih bagus-bagus, kenapa harus beli baju yang baru, sudahlah nak apa adanya saja,” jawab ibuku sambil mengelus rambutku. Tapi aku hanya cemberut, Aku sangat jengkel karena Ibu tidak menuruti keinginanku. Melihat hal tersebut Ayah merasa iba, “Sudahlah bu Lela belikan saja. Lalu tak lama kemudian Ibu mengangguk mengiyakan
Dan dua hari setelah kepergian Kakak, aku menyadari perubahan Ayahku, waktu itu, kami menonton televisi. Ibu masih terlihat sangat sedih dengan kepergian kakak, Ayah terlihat lebih tegar dan adikku yang berumur 6 tahun sepertinya masih belum mengerti apa yang terjadi. Ayah berkata bahwa, “Ini adalah ujian kita tidak boleh sedih terlalu berlarut-larut, kita hanya bisa mendo’akan kepergian Kakakmu. Ibu hanya diam saja, Ibu terlihat memikirkan sesuatu. Lalu ia berkata,”Iya Ayah, Aku harus tegar”. Setelah lama kita hanya diam dalam keheningan. Ibu memecahkan keheningan, Ibu berkata, “Lela ..kamu  tidak makan?,”Tanya Ibu. “Ibu yang mengambilkan makan, baru aku mau makan,”kataku.
“Laa..kamu sudah besar, kamu seharusnya sudah mandiri. Kamu bisa kan mengambil makanan sendiri !!,” kata Ayah panjang lebar. Dengan Langkah terpaksa Aku mengambil makananku sendiri.
“Usahakan kamu sekarang lebih dewasa dan jangan menggantungkan dirimu kepada orang lain nak,”Lanjut Ayah. Aku sedikit marah dengan kata-kata Ayah, Aku hanya ingin diperhatikan, apa salahnya.
Setelah besoknya Aku dan Ibu sedang sarapan bersama. “Nanti kalau berangkat sekolah hati-hati ya.. berdo’a dulu sebelum berangkat sekolah,”kata Ibu. “Baik bu,”Jawabku.
“Bu, aku ingin sepatu baru, sepertinya sepatuku sudah jelek . Ibu mau membelikan sepatu baru?,”kataku.
“Memang sepatunya sudah tidak layak pakai nak, sepatumu kan masih bisa dipakai,”jawab Ibu.
“Iya bu, tapi sudah jelek, aku kemarin lihat di toko waktu jalan-jalan, ada model sepatu baru bu, aku ingin membelinya,”lanjutku. Waktu Ibu akan menjawab, Ayah datang, sepertinya Ayah mendengarkan pembicaraanku dengan Ibu. “La..kamu harus hidup sederhana, masih banyak yang membutuhkannya, kamu sudah besar seharusnya kamu sedikit berfikir lebih dewasa, tiru sifat kakakmu yang selalu apa adanya, dia mandiri, kamu bisa meniru sifat kakakmu !,”kata Ayah. “Ayah aku punya sifat sendiri dan jangan membanding-bandingkan aku dengan kakak,”kataku sedikit marah dan aku langsung berangkat sekolah tanpa pamit.
            Aku sedang berada di kamar melamun kejadian-kejadian waktu itu, tak berapa saat kemudian Ibu datang membuyarkan lamunanku. “Lel antarkan bekal ini ke Ayahmu yah,” kata Ibu. Sebenernya aku enggan, tapi ibu seperti memandangku dengan memaksa. “Cepatlah nak kasihan Ayahmu,” Lanjut ibu.
“Ya sudah bu,”kataku.
            Sesampainya di kantor Ayah, aku bertemu dengan dengan seorang nenek dan cucunya sedang berada di depan gerbang kantor Ayah. Mereka sedang menunggu seseorang sepertinya,Sebenarnya aku hendak masuk ke kantor Ayah, namun seperti ada yang menghentikanku,dan aku lebih memilih untuk  mengamati nenek dan cucunya dari kejauhan. Tak berberapa lama seorang lelaki datang menghampiri nenek dan cucunya tersebut. Berbincang-bincang lama sekali. Dan sesudah itu lelaki tersebut seperti memberikan sebuah kardus pada nenek dan cucunya. Setelah aku sedikit mendekat melangkah ternyata lelaki tersebut Ayahku. Lama kelamaan Aku merasakan hal yang beda dengan Ayah. Dia tidak pernah mempedulikan orang kecil seperti itu. Dan Ayah memberi nenek itu dengan guratan senyum yang tidak pernah aku lihat sebelumnya, sepertinya dia sangat senang dengan apa yang dilakukannya sekarang. Dan tanpa disadari aku berjalan kearah mereka jauh lebih dekat. Aku melihat wajah Ayah wajahnya tersontak kaget melihatku. “Lela..mengantarkan bekal Ayah ya ? Ayo masuk, Nenek Saya masuk dulu ya !,”kata Ayah. Kulihat nenek itu membalas senyuman dan sama-sama meninggalkan kami.
“Tumben La kamu mau mengantarkan bekal Ayah. Oh ya Ayah sudah lama tidak mengobrol sama kamu ya ?,”kata Ayah.
Aku hanya mengangguk. Aku menjadi gugup dan tersentak dari keterbenan perasaanku.
“Ayah hanya yang terbaik buat kamu nak, Jadilah anak yang mandiri yang tegar nak”
“Lihat nenek dan cucunya tadi mereka lebih membutuhkan daripada kamu memfoya-foyakan uangmu untuk barang yang tidak berharga, Ayah akan bangga dengan perubahan sikapmu jika kamu lebih dewasa nak, Ayah berpesan kepadamu jadilah anak yang lebih mengerti hidup ini,kamu sudah besar kamu sudah seharusnya merubah sikapmu dari kekanak-kanakanmmu,”kata Ayah panjang lebar dengan ketulusannya menasehatiku.
Aku hanya diam memikirkan kata-kata Ayah. Diam..dan ..diam..
“jangan mensalah artikan kata-kata Ayah, Ayah sebelumnya terlalu memanjakanmu dan Ayah baru sadar itu tidak baik untuk kedepannya. Ayah hanya ingin yang terbaik buat kamu”Lanjut Ayah.
Tanpa terasa airpun menetes dari mataku, dan Ayah memelukku dan berkata, “Jadilah orang yang kuat seperti kakakmu,”kata Ayah. Semakin deras air yang mengalir di pipi dan semakin erat Ayah memelukku. “Iya Yah ..Aku Janji,”jawabku.
Aku baru tersadar Aku terlalu jadi anak yang lemah, terlalu manja dengan keaadaan, aku tidak mensyukuri apa yang selama ini aku dapat padahal masih banyak orang yang tidak menguntungkan dari pada Aku.. “Maafkan aku Ayah,aku janji,”kataku sekali lagi dan rasa y
ang  kurasakan saat itu cuma perasaan bahagia yang meluap.


Nama : Maharani Lelasari
Kelas  : XII-IA-2 SSN
Read More >>

CINTA SETENGAH TIANG

| | 0 comments
Ini sudah hari yang kesekian aku kelihatan murung dan bingung sendiri di dalam kamarku yang berntakan. Kian hari wajahku semakin mendung dengan tatapan yang nanar. Kerjaku di kamar hanya melamun. Tidak biasanya aku seperti ini, di sekolah aku menjadi anak yang pendiam, duduk termenung memikirkan suatu hal.
Sebetulnya ini bukan urusanku. Karena Elva bukan siapa-siapaku. Ia hanya teman sekelasku di sekolah. Sekarang aku duduk di kelas sembilan di sebuah SMP di kotaku. Aku mengenal Elva sejak kelas tujuh, awal bertemu aku sudah tertarik dan lama-kelamaan aku menyukainya.
Hal yang membuatku bingung dan selalu kutanyakan dalam hati adalah apakah dia mau menjadi pacarku. Kebingunganku ini bukan tanpa alas an, dia adalah anak orang kaya dengan kaya berpakain yang bisa di bilang up to date atau gaul. Sedangkan aku berasal dari keluarga yang biasa saja, rumahku tidaklah besar, juga tidak terlalu mewah, sederhana saja sama seperti rumah orang kampung kebanyakan. Penampilanku juga biasa saja, sama seperti anak-anak lainnya.
Di tambah lagi dia sekarang sedang dekat dengan sahabat dan teman mainku sendiri yang tak mungkin aku mengganggu hubungan mereka. Elva dekat dengan Pratama atau biasanya aku memanggilnya Tama. Mereka mulai dekat satu sama lain sejak aku kenalkan Tama ke Elva. Tapi itu sungguh menggangguku secara batin. Tapi semua sejenak aku lupakan saat di sekolah aku bertemu dengan teman-temanku yang gila. Mereka adalah Selly dan Harianto, mereka berdualah yang selalu menjadi penghiburku di dalam kelas, yang membuatku sejenak melupakan Elva.
Selly tidak seperti cewek kebanyakan, dia tomboy, cuek tapi baik hati. Harianto juga cowok yang lucu dan unik, tidak nik gimana? Badannya yang kurus dengan kulit yang hitam. Tapi walaupun gitu aku sayang kepada semua teman-temanku. Kembali ke Elva dan aku, kami memang dekat tapi hanya sekedar teman.
Sejenak aku befikir apakah aku harus melupakannya. “tidak, aku rasa tidak, aku harus tetap maju, toh aku dan Tama tidak jauh berbeda” gumamku dalam hati. Tak terasa aku sudah terlelap dalam bayang-bayang lamunanku.
Burung berkicau dengan merdu menemani sang matahari keluar dari peraduaannya. Kulihat langit yang biru dari jendala kamarku, tiba-tiba aku tersadar “sial aku kesiangan”aku tak peduli lagi dengan kamarku yang berantakan dan ibuku yang marah-marah. Bergegas aku ke kamar mandi, ganti baju. Tas sudah kubawa “Bu, aku berangkat, Assalamualaikum” bergegas kunaiki sepeda motor dengan sedikit ngebut.
Keberuntungan masih berpihak kepadaku, aku belum telat. Langsung saja aku masuk ke dalam kelas. Ternyata Pak Riasis guru matematika kami tidak mengajar karena sakit. Jadi untuk dua jam ke depan akan kosong jamnya Pak Riasis. Ini kesempatan buatku untuk mendekati Elva. Aku ambil posisi duduk di samping Elva. Kami ngobrol dengan sedikit candaan khas anak ABG. Mumpung aku sedang ngobrol, kutanyakan hubungan Elva dengan Tama. “Va, kamu udah jadian ya ama Tama?” tanyaku memberanikan diri. “ah enggak kok” jawabnya agak gugup. “ah yang bener  Va, kamu pasti bo’ong”. “ye di bilangin gak percaya, aku tuh sukanya sama….”. Tene. .teng. .teng belum sempat menjawab bel tanda istirahat di mulai, tiba-tiba aku ditarik Harianto ke kantin. “Va, nanti kita lanjutkan yach?” ajakku dengan berteriak. Elva hanya tersenyum dengan senyum yang dapat meleburkan seluruh isi dalam tubuhku.
Dalam perjalanan menuju kantin Harianto bertanya kepadaku “kamu suka Elva ya?” “hmm…gak tau aku Har, aku bingung” ujarku. “mendingan kamu jauhin Elva, dia gak pantes buat kamu, kamu bisa dapet cewek yang lebih” Harianto menasehatiku. “dapet lebih maksudnya berat badannya lebih yah, hahahahah” aku menjawab dengan tetawa. “Elva tuh anaknya matre”tegasnya. “udahlah biar aku jalani dulu”kali ini aku langsung menjawab dengan cepat.
Di kantin aku bertemu Tama dan Selly. Aku menggambil duduk di samping Tama sedangkan Selly dan Harianto duduk menjauhi kami, mungkin mereka tahu apa yang kuinginkan. Aku membeli beberapa snack. “Eh Tam mau enggak”aku menawari snack yang kupegang. “oh makasih aku sudah kenyang” jawabnya. “Eh kamu pacaran ya ma Elva?” tanyaku penasaran”enggak, aku ma dia cuman temen aja, kalu kamu suka ungkapin aja aku gak bakalan rebut, lagian Elva bukan tipeku” terangnya kepadaku.
Pelajaran terus di mulai hingga jam pelajaran selesai. Teman-teman sekelasku bergegas keluar kelas. Tinggal aku sendirian dengan Elva yang belum keluar. “Va kenapa gak pulang?” tanyaku “enggak gak ada temennya” jawabnya memelas “ya udah ayow tak anterin pulang”aku mengatakan seperti itu karena itu kesempatan untuk mencari perhatiannya. Aku dan Elva berboncengan di tengah jalan turun hujan deras hingga saat sampai di rumah Elva kami basah kuyup. “makasih, kamu gak mampir?”ajaknya “ah enggak Va, aku pulang aja” ku gas sepeda motor yang kukendarai menorobos hujan yang semakin deras, tapi dalam hati aku merasa senang bisa lebih dekat dengan orang yang aku sukai bahkan aku sayangi.
Jam menunjukkan pukul satu pagi, aku tidak bisa tidur karena terus memikirkan Elva. Entah karena apa aku langsung mengambil handphoneku dan mencari nama Elva di kontak nomer, tanpa piker panjang aku telpon Elva, walaupun aku tahu pasti dia sedang tidur. Aku kaget ternyata dia belum tidur. “Va, kenapa belum tidur?”tanyaku penasaran.”lagi kepikiran ma seseorang” jawabnya dengan lembut. Dalam hati ini berkata mungkin ini saat yang tepat mengungkapkan perasaanku kepadanya.”Va aku boleh bilang sesuatu gak?”pintaku memelas”Tanya apa pasti aku jawab”.kupersiapkan mental karena aku tidak pernah nembak cewe karena biasanya cewe yang nembak aku. “aku tuh sebernya sayang ma kamu , kamu mau gag jadi pacar aku?”aku tidak bisa mengerem laju lidahku. “sebelumnya maaf ya tapi aku sudah punya pacar” jawabnya dengan sedikit ragu-ragu. “ya udah gak apa-apa”jawabku kecewa.
Keesokan harnya di sekolah aku bertemu Selly. “Sel ada apa, tumben duduk di bangkuku?” tanyaku penasaran. Ternyata Selly menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada Elva, Elva ternyata sudah jadian dengan Tama. Tapi aku nembak Elva duluan terus aku di tolak, tapi Tama malah di terima padahal katanya dia sudah punya pacar, dan Tama katanya di tidak suka Elva.
Semua pertanyaan itu terus aku pendam, aku pura-pura tidak tahu dengan hubungan mereka. Walaupun hati ini terasa tersiksa di bohongi aku tetap bersabar.  Aku tidak mau merusak pertemananku dengan Tama. Aku tahu mereka sering bertemu di belakang perpustakaan, tapi sekali lagi aku cuman bisa sabar, sabar, dan sabar. Karena bagiku yang terpenting adalah melihat teman kita sendiri bahagia. Karena aku percaya saat pendapat kita tidak didengar maka saat itulah kita belajar untuk menghargai.
Aku melupakan kejadian tersebut denagn susah payah. Hingga saat aku duduk di bangku SMA aku telah berhasil menemukan penggantinya yang lebih baik dari berbagi segi. Ternyata kata Harianto benar aku bisa mendapatkan lebih.

NAMA : MUHAMMAD ALDI
NO  : 11 (5065)
KELAS : XII IPA 2 SSN
Read More >>

MOTOR BUTUT KAKEKKU

| | 0 comments
Pada sore itu aku dan temanku mau jalan-jalan tapi motorku masih dipakai ibuku ,dan aku mulai pusing   “pakai sedah siapa ini” aku berkata pada temanku “pakai motor kakekmu saja” jawab temanku “ide yang bagus tapi motornya butut” jawabku “gak apa2 deh yang penting bisa jalan-jalan” jawabnya “okelah kalau begitu” jawabku. Dan aku pergi kerumah kakekku untuk meminjam motor butuk kakekku, “kek boleh pinjam motornya gak” tanyaku “pakai aja hati-hati di jalan ya dan jangan lupa isi bensinya”jawab kakek “tapi aku gak punya uang kek” jawabku “ah kamu bisa aja bilang aja kalau mau minta uang tapi malu” tanya kakek “iya kek” jawabku

Dan akupun berangkat jalan-jalan dengan temanku dengan memakai motor butut milik kakekku sekaligus motor butut kesayangannya. Waktu berangkat sepeda itu masih baik-baik aja tapi ketika kami pulang tiba-tiba di tengah perjalanan motor butut kakekku mogok “kenapa nih motor kok tiba-tiba berhenti” tanyaku ke temanku “mogok nih”jawabnya “wah apes nih kita , teru apanya yang rusak nih” tanyaku “mungkin businya”jawabnya “ayo kita perbaiki” ajakku  “tapi aku agak kurang mengerti tentang  motor” jawab temen ku “wah sama kalau gitu dengan ku aku juga kurang mengerti tentang motor” jawabku “ayo kita coba aja deh” dan kami mulai memperbaiki motor butut milik kakekku dan hasilnya bukan memperbaiki malah membuat semakin parah dan matahari sepengalah tenggelam kami makin menyalahkan “ini salahmu “ aku berkata “hah mengapa ini salahku” jawabnya “iya gara-gara kamu pumya ide pakai sepeda butut milik kakekku” jawabku “lalu pakai sepeda siapa lagi kalau bukan sepeda kakekmu” jawabnya  “mungkin ini sudah takdir kita”jawabku

Dan tiba-tiba  dari kejauhan terlihat tetanggaku lewat jalan itu  “kenapa motornya”tanya tetenggaku “ini motornya mogok bisa bantu gak” jawabku “iya pakde tolong kami”temanku berkata “iya baiklah” jawab tetanggaku  “ini apanya yang rusak”tanyaku  “ini businya mati” jawab tetanggaku  “oh” temanku mengeluh “terus ini bagaimana ini pak de” tanyaku “ini kita dorong aja pulang” jawab tetanggaku “oh iya kalau begitu, terima kasih pak de” aku berkata “iya sama-sama”jawab tetanggaku dan akhirnya kami pulang dengan di dorong oleh tetanggaku dan sesampainya kami dirumah kakek “kenapa motornya kok di dorong “tanya kakekku  “ ini kek motornya mogok”jawabku  “apanya yang rusak”tanya kakekku  “ini kek businya mati”jawabku “oh... gak apa apa nanti beli busi yang baru dan cepat sana mandi” kakekku berkata “iya kek” jawabku dan akhirnya aku madi dan seleai deh ceritanya.

NAMA : REGOL ANDREANOV YOGA PRADANA
KELAS : XII IPA 2 SSN
Read More >>

SESALKU OLEHKU

| | 0 comments

Tak terasa satu tahun sudah kujalani hari-hariku bersamanya. Yah, lelaki yang selama ini setia bersamaku dan pemilik dari sebuah nama yakni Ady. Dia sesosok cowok yang rajin, baik, egois dan juga posesive. Berbeda denganku yang cerewet, plin-plan, sedikit malas dan mungkin juga baik. Seakan hari-hari yang kulalui serasa indah dengannya. Walau banyak pertikaian dalam hubungan kita, akan tetapi hal itu sama sekali bukan halangan untuk kita.
Jam telah menunjukkan pukul 14.00. Itu berarti menandakan bahwa jam pelajaranpun telah usai, kini waktunya untuk bergegas pulang ke rumah.
 “Vin.. Vindy!” teriak Vera salah seorang sahabatku.
 “Ada apa?” Tanyaku dengan sedikit panik.
“Nanti jadi ikut ke rumahku sama Olif juga Lestari kan? Kamu kan sudah lama tidak main ke rumahku!” Ucap Vera dengan nada meminta.
 “Emmm… Gimana ya? Masalahnya aku sudah ada janji sama Ady. Bentar aku tanyakan Ady dulu.” Kataku sambil bergegas berjalan ke kelas Ady
. “Dy.. gimana? Kita jadi keluar?” kataku dengan wajah yang bingung.
 “Iya jadi Vin. Kamu kenapa? Kelihatannya seperti orang yang kebingungan?” Tanya Ady  dengan heran.
 “Oh… Nggak apa-apa kok. Tadi aku diajak Vera untuk main ke rumahnya.” Jawabku. “Terus kamu gimana? Mau ke rumah Vera? Lebih baik kamu gak usah main ke rumah Vera. Ntar kamu malah diajak kluyuran gak jelas. Mending sama aku aja. Kita bahas tugas kita di luar.” Tukasnya dengan sedikit kesal.
 “Iya iya aku sama kamu. Aku gak ikut ke rumah Vera! Gak usah manyun gitu dong. Ntar makin jelek!” Bujukku dengan manja.
Keesokan harinya aku berangkat ke sekolah tidak sendiri. Melainkan dengan Ady. Hari ini Ady memang sengaja untuk menjemputku. Sesampainya di sekolah, aku menemui ketiga sahabatku.
 “Hai. Gimana hari ini apa ada tugas? Enggak kan?” Tanyaku dengan wajah yang ceria. “Enggak.” Jawab mereka dengan sewot.
“Kalian aneh. Kenapa? Ada apa?” Tanyaku dengan raut wajah yang bingung. “Kamu selama ini gak pernah sadar ya dengan perubahan kamu!” jawab Olif dengan muka yang kesal.
“Apa kamu sadar kalau selama ini kamu gak pernah ada waktu buat kita? Kamu selama ini hanya sibuk dengan segala urusanmu dengan Ady. Kamu gak pernah peduli’in kita. Selama ini kamu anggap kita apa? Mungkin kamu sudah tidak butuh sahabat seperti kita!” Jawab Lestari dengan nada tinggi.
 “Aku gak bermaksud seperti itu, aku cuma…” Belum selesai aku menjawab,
Vera langsung memotong. “Sudahlah, tidak usah diributkan. Mending kita pergi aja.” Merekapun pergi.
 Sekarang tinggal aku sendiri di sini. Tak kuasa kumenahan air mata ini. Dan kubiarkan air mata ini tumpah tak terbendung. Akupun mulai tersadar, bahwa selama ini aku lebih mementingkan urusanku dengan Ady daripada sahabat-sahabatku. Memang ini salahku.
Sore hari, aku hanya bisa merenungi semua kejadian yang ku alami tadi pagi di dalam kamarku sendirian. Kemudian ada seseorang yang membuka pintu kamarku, terdengar suaranya memanggilku.
“Vin… vindy… kamu sedang apa nak? Kok gak keluar kamar terus gak mau makan dari tadi pagi? Mama sudah masakin masakan kesukaan kamu tuh. Ayo makan.” Pinta mama dengan mengelus pundakku.
“Gak ma. Gak apa-apa. Aku Cuma lagi males makan aja.” Ucapku dengan senyum yang terpaksa.
 “Kamu kenapa? Ayo cerita sama mama. Mama tahu kalau kamu lagi ada masalah.” Sahut mama.
“Gini ma, sebenarnya aku lagi ada masalah sama sahabat-sahabatku. Mereka bilang aku sudah lupain mereka. Aku lebih mengutamakan Ady selama ini.” Kataku sambil mengusap air mata yang jatuh di pipiku.
“Sudah… anak mama gak boleh nangis. Seharusnya kamu juga jangan terlalu mengabaikan sahabat-sahabatmu. Kamu butuh mereka dan mereka juga butuh kamu. Minta maaf sama mereka ya. Pasti mereka mau maafin kamu.” Ucap mama dengan bijak.
 Tiba-tiba hpku berbunyi. “One message received”. Kubaca ternyata pesan dari Ady. kemudian kubuka,
“Kamu dimana? Sama siapa? Dari tadi aku tungguin sms kamu tapi gak ada, gak ada kabar sama sekali. Kamu sudah bosan sama aku? Kalau sudah bosan bilang! Jangan seperti ini!”. Kubaca pesan darinya dengan kesal. Dia sama saja dengan menambah masalahku. Akupun berpikir singkat, lebih baik aku putuskan saja hubungan ini daripada semakin banyak masalah yang timbul karena hubunganku dengannya. Kumulai membuka hpku dan membalas pesan yang kuterima dari Ady.
“Kamu masih aja seperti ini! Gak bisa berubah! Kamu tahu gak gimana perasaanku sekarang! Aku lagi ada masalah sama sahabatku, sekarang malah kamu yang menambah masalahku! Daripada seperti ini terus, mending kita putus. Aku sudah tidak tahan dengan sikapmu yang posesive dan egois itu!”
Aku mulai mengirim pesan tersebut dengan air mata yang terus berjatuhan. Sempat berulang kali Ady membalas pesan dan menelponku, tapi sama sekali tak kuhiraukan. Karena saat ini aku hanya ingin sendiri.
Bel sekolah berbunyi. Tepat saat aku berada di depan pintu gerbang. Dan aku terus berjalan ke kelasku. Hari ini aku berniat untuk meminta maaf kepada sahabat-sahabatku agar masalah ini selesai. Ku hampiri mereka yang sedang duduk di depan kelas.
“Temen-temen, maafin aku ya! Aku yang egois, aku yang tidak memperdulikan kalian, aku memang salah. Maafkan aku! Aku berjanji takkan mengulanginya lagi.” Rayuku dengan wajah penuh harapan.
“Iya vin.. kita maafin kok.” Jawab mereka dengan senyuman.
 Sangat lega rasanya, masalah yang satu ini telah terselesaikan, tinggal masalahku dengan Ady. Hpku bergetar, ada sebuah pesan dari Very. Very merupakan sahabat almarhum kakakku yang telah lama meninggal. Aku kenal Very sejak dia sering main ke rumah. Kemudian kita sering contact dan kurasa dia orangnya asik dan baik. Sama sekali tak terlihat sifat buruknya. Dan rasanya aku suka dengannya karena kurasa orangnya sederhana dan diapun meresponku.
Ku baca pesan darinya “Adek. Aku sayang sama kamu. Aku ingin jadi orang yang selalu ada untukmu sebagai pengganti almarhum kakakmu. Kamu mau jadi kekasihku?”
Aku spontan dan sangat kaget. Apa ini hanya mimpi? Tapi tidak, ini nyata. Aku benar-benar tidak percaya. Cowok selama ini yang sangat kukagumi ternyata dia juga mencintaiku. Aku harus menjawab apa? Bagaimana dengan Ady? Tak terpikirkan lehku aku langsung membalas pesan dari Very.
“Iya kak. Aku mau jadi pacar kakak.” Dengan tidak memikirkan orang yang di sekelilingku, langsung saja kuterima.
 8 jam berlalu. Aku dan teman-temanku beranjak pergi meninggal kelas. Tanpa kusadari Ady telah menghampiriku.
“Vin. Aku butuh penjelasan kamu! Maksut kamu apa?” Dengan erat ia memegang pundakku.
 “Mungkin lebih baik hubungan kita sampai di sini Dy. Aku sudah tidak bisa denganmu. Aku bukan yang terbaik untukmu.” Ucapku dengan melepas tangannya dari pundakku.
“Aku gak bisa tanpamu Vin! Aku terlanjur cinta sama kamu. Maafkan aku yang selama ini terlalu mengekangmu.” Ia memelukku dan mulai meneteskan air mata.
“Maaf, sepertinya kita sampai di sini saja. Maafkan aku juga. Tapi kita masih bisa berteman.” Aku melepaskan pelukannya dan berlalu pergi meninggalkannya. Tak terasa air mataku jatuh dengan deras di pipiku. Entah apa yang kupikirkan sampai seperti ini.
Tak terasa sebulan sudah telah kulalui hari-hariku dengan Very tanpa Ady. Yang kurasakan sangatlah berbeda dengan diawal kukenal dia. Dia mulai menunjukkan sikap-sikapnya sangat tak kusukai. Tiap hari ada saja perkataannya yang membuatku sakit hati. Tapi ia tak pernah merasakan itu. Hpku berbunyi dengan keras. Lalu kuambil hpku dan ternyata ada telfon dari Very dan langsung kuangkat.
 “Hallo. Tumben jam segini telfon? Lagi dimana? Baik-baik aja kan?” sapaku dengan riang.
 “Kenapa? Kamu gak suka?” jawabnya dengan ketus.
“Lho kok jadi sewot sih? Aku kan cuma nanyak. Ternyata kamu gini ya! Suka banget marah-marah! Gak bisa apa gak marah-marah sehari aja sama aku!” ucapku dengan nada tinggi.
“Enggak! Aku gak bisa. Inilah aku. Terus kenapa? Kamu gak tahan? Pengen putus? Ayo kalo kamu emang pengen putus! Dasar anak kecil!” Jawabnya dengan membentak.
“Apa? Mudah sekali kamu bilang putus! Ternyata selama ini aku salah menilaimu. Hanya luka yang aku dapat selama aku bersamamu. Ok. Lebih baik kita putus.”
Langsung kututup telfonnya. Sangat kecewa dan sangat menyesal. Aku ingin mengerti aku dan yang lebih baik Ady, tapi apa yang aku dapat? Hanya rasa sakit, penyesalan dan kemarahan. Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Sekarang aku hanya bisa menangisi ini di atas pangkuan sang mama. Mama yang selalu setia menemani dan memotivasiku. Ingin ku kembali dan mengulang semua ceritaku dengan Ady. Tapi itu semua hanya menjadi mimpi buatku. Kini Ady telah ada yang memiliki. Hatiku hancur berkeping-keping. Tapi mungkin ini balasan untukku karena Ady dulu juga merasakan hal yang sama sepertiku ketika ia mendengar kabar bahwa aku telah bersama Very. Tak bisa apa-apa lagi. Aku hanya merasa sangat bersalah. Rasanya tak bisa memaafkan diriku sendiri karena aku telah melukai orang yang begitu mencintaiku. Rasa cintaku kini semakin besar setelah ia meninggalkanku. Aku hanya bisa mendo’akannya semoga ia bahagia dengan yang lain. Dan kejadian ini sebagai pelajaran untukku agar tak mengulangi kesalahan yang sama.

 
NAMA            : VINDY DWI FINOLA
NO                  : 30
KLS                 : XII. IA. 2. SSN
Read More >>
 

Followers

JEJAK KAKI PENGUNJUNG

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Entri Populer

© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by A-volution™ - A-volution™